HOME

Monday, 8 February 2016

HAL UTAMA MENAHAN MARAH

Ketika kita mendengar perkataan atau cemoohan dari orang yang begitu menyakitkan dan membuat kita emosi dan marah padanya. Namun hal ini bukan menjadi hal terbaik untuk dijadikan penyelesaian masalah karena dapat menimbulkan permusuhan. Oleh sebab itu sebaiknya kita menahan amarah dan menjadi orang yang kuat. Karena  orang kuat adalah orang yang bisa mengendalikan amarahnya, karena amarahnya itu mengikuti hawa nafsu.
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang maupun sempit, serta orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran [3]: 134).
Dari ayat diatas dapat kita simpulkan bahwa orang yang menahan amarahnya termasuk berbuat kebajikan.
Dalam hadist  disebutkan bahwa :
 “Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat. Orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya di saat marah.” (HR. Al Bukhari).
Dari hadist tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa orang yang mampu menahan dirinya saat marah adalah orang yang bisa mengalahkan musuh terbesarnya.
Dalam islam, orang yang terpuji adalah orang yang bisa mengendalikan hawa nafsunya.

Ummul mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamtidak pernah marah karena (urusan) diri pribadi beliau, kecuali jika dilanggar batasan syariat Allah, maka beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam akan marah dengan pelanggaran tersebut karena Allah”.
Inilah marah yang terpuji dalam Islam, marah karena Allah Ta’ala, yaitu marah dan tidak ridha ketika perintah dan larangan Allah Ta’ala dilanggar oleh manusia.

Manfaat mengendalikan amarah

1. Manfaat dari menahan amarah yang pertama adalah ketika kita tidak meledak saat marah, itu artinya kita mampu untuk berpikir secara benar alias mengendalikan diri dengan baik. Bahkan menahan amarah akan membantu kita untuk memutuskan hal yang tepat sehingga kita tidak terjerumus ke perbuatan yang menimbulkan penyesalan di hari kemudian. Ada banyak kasus di mana orang-orang yang marah tidak terkendali malah melakukan tindak penganiayaan serta pembunuhan yang sama sekali tidak berkenan bagi Allah SWT dan akhirnya malah merugikan diri sendiri juga.

2. Mengendalikan perasaan marah juga bermanfaat bagi kesehatan kita. Hal ini dikarenakan kita terjaga dari penyakit fisik yang dapat dipicu oleh emosi yang tidak terkendali. Mengontrol emosi dengan baik akan membuat fisik dan mental kita sehat dan jauh dari penyakit yang bisa saja merugikan kita di kemudian hari.

3. Mengendalikan rasa marah dan menghindari main fisik atau pertengkaran tentu akan membuat kita secara otomatis terdorong untuk interospeksi diri. Di lain waktu, kita akan mampu memperlakukan mereka dengan lebih baik dan tentunya ukuwah akan dibina terhadap diri kita sendiri dengan orang lain. Jangan sampai amarah kita malah melukai orang lain secara fisik atau verbal.

4. Ada banyak cara mudah mengendalikan marah yang bisa dicari dan dipraktikkan supaya manfaat bisa didapat, yaitu keseimbangan tubuh. Biasanya orang yang dilanda rasa marah akan menjadi tegang karena adanya kekuatan yang bertambah dan memicu bertambahnya gula di hati. Dengan mengendalikan amarah, diri sendiri pun akan terhindarkan dari berbagai perlakuan anarkis serta tidak akan menganiaya musuh.

Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam kitab Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyahmengungkapkan hendaknya seorang Muslim memperhatikan adab-abad yang berkaitan dengan marah. Berikut adab atau cara mengendalikan marah menurut Islam:
  1. Jangan marah kecuali karena Allah SWT. Marah karena Allah merupakan sesuatu yang disukai dan mendapatkan pahala. Seorang Muslim yang marah karena hukum Allah diabaikan merupakan contoh marah karena Allah, misalnya marah ketika menyaksikan perbuatan haram.
  2.  Berlemah lembut dan tak marah karena urusan dunia. Sesungguhnya semua kemarahan itu buruk, kecuali karena Allah SWT. Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada mengingatkan, kemarahan kerap berujung pada pertikaian dan perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar dan dapat pula memutuskan silaturahim.
  3.  Mengingat keagungan dan kekuasaan Allah ketika marah. Ketika mengingat kebesaran Allah SWT, maka kemarahan bisa diredam. Bahkan, mungkin tak jadi marah sama sekali. Itulah adab paling bermanfaat yang dapat menolong seseorang untuk berlaku santun dan sabar.
  4.  Menahan dan meredam amarah jika telah muncul. Allah SWT menyukai seseorang yang dapat menahan dan meredam amarahnya. Allah SWT berfirman, ” … dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran:134).
  5. Berlindung kepada Allah ketika marah. Nabi SAW bersabda, “Jika seseorang yang marah mengucapkan; ‘A’uudzu billah (aku berlindung kepada Allah SWT) niscaya akan reda kemarahannya.” (HR Ibu ‘Adi dalam al-Kaamil.)
  6. Diam. Rasulullah SAW bersabda, “Ajarilah, permudahlah, dan jangan menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam.” (HR Ahmad). Terkadang orang yang sedang marah mengatakan sesuatu yang dapat merusak agamanya, menyalakan api perselisihan dan menambah kedengkian.
  7. Mengubah posisi ketika marah. Mengubah posisi ketika marah merupakan petunjuk dan perintah Nabi SAW. Nabi SAW bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring.” (HR Ahmad).
  8. Berwudhu atau mandi. Menurut Syekh Sayyid Nada, marah adalah api setan yang dapat mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf.
  9.  Memberi maaf dan bersabar. Orang yang marah sudah selayaknya memberikan ampunan kepada orang yang membuatnya marah. Allah SWT memuji para hamba-Nya “… dan jika mereka marah mereka memberi maaf.” (QS Asy-Syuura:37).



Sumber
https://muslim.or.id/6169-atasi-marahmu-gapai-ridho-rabbmu.html
http://media.zoya.co.id/inspirasi/9-cara-mengendalikan-amarah-menurut-islam

No comments:

Post a Comment