BERBAGI ILMU SANGAT MENGASIKAN
ilmu agama dari loqoan
Tuesday, 9 February 2016
Birrul Walidain ( Berbakti kepada Orang Tua)
BIRRUL
WALIDAIN
Birrul
Walidain (Arab: بر الوالدين) adalah bagian dalam etika Islam yang menunjukan kepada tindakan berbakti
(berbuat baik) kepada kedua orang tua. Yang mana berbakti kepada orang tua ini
hukumnya fardhu (wajib) ain bagi setiap Muslim, meskipun seandainya
kedua orang tuanya adalah non muslim. Setiap muslim wajib mentaati setiap
perintah dari keduanya selama perintah tersebut tidak bertentangan dengan
perintah Allah. Birrul walidain merupakan bentuk silaturahim yang
paling utama.
Al-Walidain maksudnya
adalah kedua orang tua kandung. Al-Birr maknanya kebaikan, berdasarkan hadits
rasulullah :
“Al-Birr adalah baiknya akhlak”. Al-Birr merupakan
hak kedua orang tua dan kerabat dekat, lawan dari Al-‘Uquuq (durhaka), yaitu
"kejelekan dan menyia-nyiakan hak“. Al-Birr adalah mentaati kedua orang
tua di dalam semua apa yang mereka perintahkan kepada engkau, selama tidak
bermaksiat kepada Allah, dan Al-‘Uquuq dan menjauhi mereka dan tidak berbuat
baik kepadanya.”
Dalam Alquran disebutkan bahwa:
“...dan Rabbmu telah memerintahkan
supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.[14]Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. “...dan rendahkanlah dirimu terhadap
mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku,
kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik saya waktu
kecil".”
—(Al Isra’:23-24)
Dari ayat diatas dapat diambil kesimpulan.
1.
Tidak diperkenannkannya
berkata “AH” kepada orang tua
2.
Dilarangnya
membantah orang tua
3.
Sebaiknya kita
berucap atau berkata yang sopan dan halus dengan perkataan yang baik kepada
orang tua.
Ayat lain mengatakan bahwa:
“...dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang Ibu Bapanya, Ibunya telah mengandungnya
dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Maka
bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang Ibu Bapakmu, hanya kepada-Ku-lah
kembalimu.”
—(Luqman: 14)
Allah memerintahkan hambanya untuk selalu berbuat baik kepada ayah dan
ibunya. Karena orang tua lah yang merawat anaknya dari masih kecil hingga
dewasa. Itu sebabnya seorang anak harus berbakti kepada orang tuanya.
Contoh berbuat baik kepada orang tua
1.
Menaati yang
ma’ruf
2.
Mengikuti sesuai
ketentuan Allah
3.
Berinfak
4.
Tidak menghina
5.
Meminta kerelaan
terhasap sesuatu
6.
Berkata halus
dan mulia
Bentuk-bentuk berbakti kepada orang tua
1.
Bergaul dengan
yang baik
2.
Perkataan yang
lemah lebut
3.
Rendah diri
4.
Memberi infak
dan shodaqoh
5.
Mendoakan orang
tua
Keutamaan berbakti kepada orang tua
1.
Amal yang paling utama
Berbakti kepada kedua
orang tua merupakan salah satu amal yang paling utama.
Dari Abdullah bin Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu ia berkata
سَأَلْتُ النَّبِىَّ –
صلى الله عليه وسلم –
أَىُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا .
قَالَ ثُمَّ أَىُّ قَالَ ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ .
قَالَ ثُمَّ أَىُّ قَالَ الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ
Aku pernah bertanya kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Amalan apa yang paling dicintai
Allah?” Beliau menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku melanjutkan, “Kemudian
apa?” Beliau menjawab, “Berbakti kepada kedua orang tua.” Lalu aku bertanya
lagi, “Kemudian apa?” Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.” (HR. Al
Bukhari dan Muslim)
2.
Bernilai jihad
Berbakti kepada orang tua
senilai dengan jihad fi sabilillah. Sehingga pada beberapa hadits, beliau
menganjurkan orang yang akan berjihad untuk berbakti kepada kedua orang tua.
Dari Abdullah bin Ash ia
berkata
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِىِّ –
صلى الله عليه وسلم –
فَاسْتَأْذَنَهُ فِى الْجِهَادِ فَقَالَ أَحَىٌّ وَالِدَاكَ .
قَالَ نَعَمْ .
قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ
Seorang laki-laki datang
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu meminta kepada beliau untuk
berjihad. Maka beliau bersabda, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” ia
menjawab, “Ya.” Beliau pun bersabda, “Maka bersungguh-sungguhlah dalam berbakti
kepada keduanya.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
3.
Berpahala hijrah
Berbakti kepada orang tua
juga bernilai hijrah. Ada seseorang yang berniat berhijrah ke Madinah, lalu
Rasulullah memerintahkannya untuk tetap di negerinya dalam rangka berbakti
kepada kedua orang tua.
أَقْبَلَ رَجُلٌ إِلَى نَبِىِّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ أُبَايِعُكَ عَلَى الْهِجْرَةِ وَالْجِهَادِ أَبْتَغِى الأَجْرَ مِنَ اللَّهِ. قَالَ فَهَلْ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ حَىٌّ. قَالَ نَعَمْ بَلْ كِلاَهُمَا. قَالَ فَتَبْتَغِى الأَجْرَ مِنَ اللَّهِ. قَالَ نَعَمْ. قَالَ فَارْجِعْ إِلَى وَالِدَيْكَ فَأَحْسِنْ صُحْبَتَهُمَا
Seorang laki-laki datang
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata “Saya berbai’at
kepadamu untuk berhijrah dan berjihad, aku mengharapkan pahala dari Allah.”
Beliau bertanya, “Apakah salah satu orang tuamu masih hidup?” Ia menjawab, “Ya,
bahkan keduanya masih hidup.” Rasulullah bertanya lagi, “Maka apakah kamu masih
akan mencari pahala dari Allah?” Ia menjawab, “Ya.” Maka beliau pun bersabda,
“Pulanglah kepada kedua orang tuamu lalu berbuat baiklah dalam mempergauli
mereka.” (HR. Muslim)
4.
Surga di bawah kaki ibu
Ungkapan surga berada di
bawah kaki ibu merupakan ungkapan yang bersumber dari hadits dan menunjukkan
betapa luar biasa keutamaan berbakti kepada ibu.
أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
Jahimah pernah datang
kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata, “Ya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam, aku ingin berperang dan sungguh aku datang untuk
meminta pendapatmu.” Beliau bertanya, “Apakah engkau masih memiliki ibu?”Ia
menjawab, “Ya.” Maka beliau pun bersabda, “Tetaplah bersamanya karena
sesungguhnya surga ada di kakinya.” (HR. Ibnu Majah dan An Nasa’i)
5.
Dipanjangkan umur, ditambah rezeki
Di antara keutamaan
berbakti kepada kedua orang tua adalah sama dengan keutamaan silaturahim yakni
dipanjangkan umur dan ditambah rezekinya.
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُمَدَّ لَهُ فِى عُمْرِهِ وَيُزَادَ لَهُ فِى رِزْقِهِ فَلْيَبَرَّ وَالِدَيْهِ وَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang ingin
dipanjangkan umurnya dan ditambah rezekinya, maka hendaklah ia berbakti kepada
kedua orang tuanya dan menyambung silaturahim” (HR. Ahmad)
6.
Memperoleh ampunan Allah
Berbakti kepada kedua
orang tua merupakan salah satu amal yang dengannya Allah mengampuni dosa-dosa
seorang hamba.
الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ
“Siapa yang mendapati
salah satu dari kedua orang tuanya kemudian ia tidak diampuni, maka Allah telah
menjauhkannya (dari rahmat)” (HR. Ahmad)
7.
Taat kepada orang tua merupakan bentuk ketaatan kepada Allah
طَاعَةُ اللَّهِ طَاعَةُ الْوَالِدِ، وَمَعْصِيَةُ اللَّهِ مَعْصِيَةُ الْوَالِدِ
“Taat kepada Allah (salah
satu bentuknya) adalah taat kepada orang tua. Durhaka terhadap Allah (salah
satu bentuknya) adalah durhaka kepada orang tua” (HR. Thabrani)
8.
Keridhaan Allah ada pada keridhaan orang tua
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
رِضَا الرَّبِّ فِى رِضَا الْوَالِدِ وَسَخَطُ الرَّبِّ فِى سَخَطِ الْوَالِدِ
“Keridhaan Tuhan ada pada
keridhaan orang tua dan kemurkaan Tuhan ada pada kemurkaan orang tua” (HR.
Tirmidzi)
9.
Bentuk taubat kepada Allah
Dari Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhu ia berkata
أَتَى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّى أَصَبْتُ ذَنْبًا عَظِيمًا فَهَلْ لِى مِنْ تَوْبَةٍ قَالَ هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ. قَالَ لاَ. قَالَ هَلْ لَكَ مِنْ خَالَةٍ. قَالَ نَعَمْ. قَالَ فَبِرَّهَا
Seorang laki-laki datang
menghadap Nabi lalu berkata, “Sesungguhnya aku telah melakukan satu dosa yang
sangat besar. Apakah aku bisa bertaubat?” Beliau balik bertanya, “Apakah engkau
masih memiliki ibu?” ia menjawab, “Tidak.” Beliau bertanya lagi, “Apakah engkau
masih memiliki bibi (saudari ibu)?”ia menjawab, “Ya.” Maka beliau bersabda,
“Maka berbaktilah kepadanya.” (HR. Tirmidzi)
10.
Tiket menuju surga
Berbakti kepada kedua
orang tua merupakan tiket menuju surga. Dalam hadits diistilahkan orang tua
adalah “ausathu abwaabil jannah” pintu surga yang tengah-tengah.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda:
الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ
“Orang tua adalah paling
pertengahan dari pintu-pintu surga. Jika kamu mau, sia-siakanlah pintu itu (kau
tidak mendapat surga) atau jagalah ia (untuk mendapatkan pintu surga itu).”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Ada 10 cara yang cukup
sederhana yang dapat kita lakukan untuk berbakti atau memuliakan orang tua,
termasuk kepada orang tua yang telah tiada.
1. Lemah Lembut Dalam
Bertutur Kata Kepada Orang Tua. Jagalah setiap tutur kata kita sebagai anak
agar senantiasa lemah lembut tatkala berbicara kepada orang tua. Jauhi
ucapan-ucapan bernada tinggi, apalagi kata-kata kasar. Kepada pimpinan atau bos
kita saja kita bisa berusaha santun (meskipun terkadang hanya basa-basi),
seharusnya kita pun bisa bertutur lemah lembut kepada orang tua. Kadang kita
temui anak yang berkata kepada orang tuanya dengan cara berteriak-teriak.
2. Membantu Berbagai
Pekerjaan Rumah. Banyak dari kita yang tidak menyadari sebenarnya ada berbagai
rutinitas orang tua, terutamanya Ibu yang sebenarnya cukup melelahkan, namun
atas dasar tanggung jawab sebagai orang tua, perkara-perkara rutinitas dalam
keseharian itu tidak menjadikan mereka berkeluh kesah. Maka tidak ada salahnya
bagi kita untuk membantu meringankan beban orang tua tersebut, seperti halnya
membantu mencuci piring, menyapu halaman, mengepel lantai, membersihkan rumah
dan semisalnya. Meskipun mungkin kita tidak setiap hari membantu dalam
meringankan pekerjaan-pekerjaan tersebut, tapi niscaya itu akan membuat orang
tua merasa bahagia.
3. Ringan Tangan
Menjalankan Perintah Orang Tua. Jika orang tua memerintahkan suatu hal kepada
kita, yang mana hal tersebut dapat kita jalankan, maka janganlah menolak atau
menunda-nunda jika memang kita tidak memiliki udzur dalam perkara tersebut.
Orang tua ‘melayani’ kita sejak kita lahir, sejak masih bayi hingga dewasa
dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Sungguh tidak pantas ketika tiba
saatnya orang tua kita memerintahkan kita untuk melakukan suatu perkara yang
sanggup kita kerjakan, namun kita mencari-cari alasan untuk mengelak dari
perintah tersebut.
4. Senantiasa Bersikap
Sopan dan Santun. Tidak sekedar ucapan yang lemah lembut saja yang harus kita
jaga, namun juga disertai dengan sikap sopan dan santun terhadap orang tua.
Semisal kita mengucapkan salam ketika pulang, tidak sekedar seperti orang masuk
pasar. Terlebih lagi kita harus menjauhi sikap kurang ajar kepada orang tua.
5. Bersikap Sabar dan
Menahan Marah. Sering kali kita mendengar ucapan dari sekian banyak orang
terkait orang tua yang semakin bertambah usia mereka, maka akan semakin ‘rewel’
sikap mereka, seperti anak kecil lagi. Terkadang dipicu oleh kondisi kesehatan
yang sudah tidak prima lagi, terkadang orang tua semakin usianya renta mereka
jadi lebih sensitif dan mudah marah. Dalam keadaan seperti ini kita harus
berusaha untuk menahan diri dengan bersabar. Bahwasanya surga itu adalah
tempat yang salah satu ciri-ciri penghuninya adalah mereka yang dapat menahan
marah.Bayangkan bagaimana kesabaran orang tua mengasuh kita sejak kecil hingga
dewasa, sabar menghadapi kebandelan kita, sabar menasehati kita, dll.
6. Memberi Hadiah Kepada
Orang Tua. Memberi hadiah tidak hanya khusus dituntunkan kepada pasangan
suami-istri ataupun dari orang tua kepada anak. Namun anak pun dapat memberikan
suatu hadiah kepada orang tuanya. Hadiah tidak haruslah yang mahal, namun yang
penting dapat menyenangkan orang tua kita. Semisal untuk Ibu kita beri hadiah
berupa jilbab yg syar’i, atau kepada bapak kita hadiahkan sebuah sarung yang
bagus, semisal tatkala Alloh ‘Azza wa Jalla memberi kita kemudahan dalam hal
rezeki yang berlebih. Betapa orang tua akan merasa dimuliakan anak.
7. Tidak Menyia-nyiakan
Kerja Keras Orang Tua. Di jaman sekarang ini, banyak kita temui anak yang tidak
bisa menghargai perjuangan dan kerja keras orang tuanya dalam menafkahi mereka,
menyekolahkan mereka, dan hal yang semisalnya yang notabene perjuangan tersebut
adalah untuk membuat kita menjadi lebih baik. Semisal bentuk tidak menghargai perjuangan
dan kerja keras orang tua adalah: bolos sekolah, menghambur-hamburkan uang
pemberian orang tua, malas belajar, dan sikap negatif lainnya yang dilakukan
seorang anak.
8. Merawat Mereka Saat
Usia Semakin Renta Saat kita masih kecil hingga kita dewasa orang tua merawat
kita dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Saat kita sakit sejak kita bayi
hingga dewasa, orang tua menjaga kita siang dan malam. Ingatlah bagaimana Ibu
kita memandikan kita, menyuapi kita dengan telaten, memakaikan baju setiap hari,
mengajari kita hal-hal yang baik, mengganti popok kita, dll. Sekarang banyak
kita temui, anak-anak yang menaruh orang tuanya di panti jompo dikarenakan
mereka lebih memilih menghabiskan semua waktu untuk mengejar nafsu duniawi.
Sungguh kebanyakan orang tua akan nelangsa dengan perlakuan seperti ini.
9. Doa Anak Yang Shalih
Untuk Orang Tua Yang Telah Meninggal Bagi Kaum Muslimin yang mana kedua orang
tua atau salah satunya telah tiada, bahwasanya doa dari anak yang sholeh begitu
luar biasa memberi manfaat bagi orang tua yang telah meninggal. Telah banyak
hadits yang menerangkan tentang bagaimana kebaikan yang akan didapatkan orang
tua di kehidupan setelah mati tatkala memiliki anak-anak yang sholeh yang mau
mendoakan mereka. Dan shaleh ataupun shalehah itu harus diperjuangkan dengan
cara taat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengikuti tuntunan Rasul-Nya, Nabi
Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam. Sebaliknya anak-anak yang tidak mau taat
kepada perintah Alloh dan sebaliknya gemar berbuat dosa akibat meninggalkan
shalat, berbuat maksiat, tidak mau belajar ilmu agama dan hal-hal yg dibenci
Alloh serta RasulNya.. maka sang anak hanya akan memberikan beban berat yang
harus dipertanggung jawabkan orang tuanya di yaumul akhirat.
10. Menjaga Silahturahmi
Dengan Kerabat ataupun Teman Orang Tua
Termasuk juga dalam ini adalah menyambung hubungan dengan teman atau sahabat dari orang tua kita yang telah tiada. Dalam syariat Islam bahwasanya dituntunkan untuk kita senantiasa menyambung tali silahturahmi dengan keluarga-keluarga dari orang tua kita yang telah tiada sebagai bentuk bakti kita kepada orang tua. Kita usahakan meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumah paman, tante dan semisalnya.
Termasuk juga dalam ini adalah menyambung hubungan dengan teman atau sahabat dari orang tua kita yang telah tiada. Dalam syariat Islam bahwasanya dituntunkan untuk kita senantiasa menyambung tali silahturahmi dengan keluarga-keluarga dari orang tua kita yang telah tiada sebagai bentuk bakti kita kepada orang tua. Kita usahakan meluangkan waktu untuk berkunjung ke rumah paman, tante dan semisalnya.
Dalam Islam sejarah itu
berulang, karena sebenarnya karma itu tidak ada. Oleh sebab itu mulai dari sekarang
lah kita berbuat baik kepada kedua orang tua kita agar kelak ketika kita sudah
memiliki anak. Nantinya anak kita mudah dibentuk dan berlaku baik kepada kita.
sumber
Monday, 8 February 2016
HAL UTAMA MENAHAN MARAH
Ketika kita mendengar perkataan atau cemoohan dari orang yang
begitu menyakitkan dan membuat kita emosi dan marah padanya. Namun hal ini
bukan menjadi hal terbaik untuk dijadikan penyelesaian masalah karena dapat
menimbulkan permusuhan. Oleh sebab itu sebaiknya kita menahan amarah dan menjadi orang yang kuat. Karena orang kuat adalah orang yang bisa mengendalikan amarahnya,
karena amarahnya itu mengikuti hawa nafsu.
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ
وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ
يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(Yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang maupun sempit,
serta orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali Imran [3]: 134).
Dari ayat
diatas dapat kita simpulkan bahwa orang yang menahan amarahnya termasuk berbuat
kebajikan.
Dalam hadist
disebutkan bahwa :
“Orang yang kuat bukanlah yang pandai
bergulat. Orang yang kuat adalah yang mampu menahan dirinya di saat marah.” (HR. Al Bukhari).
Dari hadist tersebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa orang
yang mampu menahan dirinya saat marah adalah orang yang bisa mengalahkan musuh
terbesarnya.
Dalam islam, orang yang terpuji adalah orang yang bisa
mengendalikan hawa nafsunya.
Ummul
mukminin ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallamtidak pernah marah karena (urusan) diri pribadi beliau,
kecuali jika dilanggar batasan syariat Allah, maka beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam akan marah dengan pelanggaran tersebut karena Allah”.
Inilah marah
yang terpuji dalam Islam, marah karena Allah Ta’ala, yaitu marah dan tidak
ridha ketika perintah dan larangan Allah Ta’ala dilanggar oleh
manusia.
Manfaat mengendalikan amarah
1. Manfaat dari
menahan amarah yang pertama adalah ketika kita tidak meledak saat marah, itu
artinya kita mampu untuk berpikir secara benar alias mengendalikan diri dengan baik.
Bahkan menahan amarah akan membantu kita untuk memutuskan hal yang tepat sehingga
kita tidak terjerumus ke perbuatan yang menimbulkan penyesalan di hari
kemudian. Ada banyak kasus di mana orang-orang yang marah tidak terkendali
malah melakukan tindak penganiayaan serta pembunuhan yang sama sekali tidak
berkenan bagi Allah SWT dan akhirnya malah merugikan diri sendiri juga.
2. Mengendalikan
perasaan marah juga bermanfaat bagi kesehatan kita. Hal ini dikarenakan kita
terjaga dari penyakit fisik yang dapat dipicu oleh emosi yang tidak terkendali.
Mengontrol emosi dengan baik akan membuat fisik dan mental kita sehat dan jauh
dari penyakit yang bisa saja merugikan kita di kemudian hari.
3. Mengendalikan rasa
marah dan menghindari main fisik atau pertengkaran tentu akan membuat kita
secara otomatis terdorong untuk interospeksi diri. Di lain waktu, kita akan
mampu memperlakukan mereka dengan lebih baik dan tentunya ukuwah akan dibina
terhadap diri kita sendiri dengan orang lain. Jangan sampai amarah kita malah
melukai orang lain secara fisik atau verbal.
4. Ada banyak cara
mudah mengendalikan marah yang bisa dicari dan dipraktikkan supaya manfaat bisa
didapat, yaitu keseimbangan tubuh. Biasanya orang yang dilanda rasa marah akan
menjadi tegang karena adanya kekuatan yang bertambah dan memicu bertambahnya
gula di hati. Dengan mengendalikan amarah, diri sendiri pun akan terhindarkan
dari berbagai perlakuan anarkis serta tidak akan menganiaya musuh.
Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid
Nada dalam kitab Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyahmengungkapkan
hendaknya seorang Muslim memperhatikan adab-abad yang berkaitan dengan marah.
Berikut adab atau cara
mengendalikan marah menurut Islam:
- Jangan marah kecuali karena Allah SWT. Marah karena Allah merupakan sesuatu yang disukai dan mendapatkan pahala. Seorang Muslim yang marah karena hukum Allah diabaikan merupakan contoh marah karena Allah, misalnya marah ketika menyaksikan perbuatan haram.
- Berlemah lembut dan tak marah karena urusan dunia. Sesungguhnya semua kemarahan itu buruk, kecuali karena Allah SWT. Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada mengingatkan, kemarahan kerap berujung pada pertikaian dan perselisihan yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa besar dan dapat pula memutuskan silaturahim.
- Mengingat keagungan dan kekuasaan Allah ketika marah. Ketika mengingat kebesaran Allah SWT, maka kemarahan bisa diredam. Bahkan, mungkin tak jadi marah sama sekali. Itulah adab paling bermanfaat yang dapat menolong seseorang untuk berlaku santun dan sabar.
- Menahan dan meredam amarah jika telah muncul. Allah SWT menyukai seseorang yang dapat menahan dan meredam amarahnya. Allah SWT berfirman, ” … dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memberi maaf orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS Ali Imran:134).
- Berlindung kepada Allah ketika marah. Nabi SAW bersabda, “Jika seseorang yang marah mengucapkan; ‘A’uudzu billah (aku berlindung kepada Allah SWT) niscaya akan reda kemarahannya.” (HR Ibu ‘Adi dalam al-Kaamil.)
- Diam. Rasulullah SAW bersabda, “Ajarilah, permudahlah, dan jangan menyusahkan. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam.” (HR Ahmad). Terkadang orang yang sedang marah mengatakan sesuatu yang dapat merusak agamanya, menyalakan api perselisihan dan menambah kedengkian.
- Mengubah posisi ketika marah. Mengubah posisi ketika marah merupakan petunjuk dan perintah Nabi SAW. Nabi SAW bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian marah ketika berdiri, maka hendaklah ia duduk. Apabila marahnya tidak hilang juga, maka hendaklah ia berbaring.” (HR Ahmad).
- Berwudhu atau mandi. Menurut Syekh Sayyid Nada, marah adalah api setan yang dapat mengakibatkan mendidihnya darah dan terbakarnya urat syaraf.
- Memberi maaf dan bersabar. Orang yang marah sudah selayaknya memberikan ampunan kepada orang yang membuatnya marah. Allah SWT memuji para hamba-Nya “… dan jika mereka marah mereka memberi maaf.” (QS Asy-Syuura:37).
Sumber
https://muslim.or.id/6169-atasi-marahmu-gapai-ridho-rabbmu.html
http://media.zoya.co.id/inspirasi/9-cara-mengendalikan-amarah-menurut-islam
Subscribe to:
Posts (Atom)